LIPA SABBE
Kain tradisional Bugis yang berupa sarung ini memiliki
corak garis-garis yang cantik, dan terbuat dari sutra yang diproduksi oleh
masyarakat bugis sendiri. Masyarakat Bugis dari desa Tajuncu di Sulawesi
Selatan sudah menggunakan cara modern dalam pengembangbiakan ulat sutra, untuk
memenuhi kebutuhan benang para penenun di desa Sempange, Sengkang yang
merupakan pusat pembuatan kain tenun di Sulawesi Selatan. Menurut legenda,
masyarakat Bugis percaya bahwa keterampilan menenun nenek moyang masyarakat
Bugis diilhami oleh sehelai sarung yang ditinggalkan oleh para dewa di pinggir
danau Tempe. Dan di desa-desa yang terletak di pinggiran danau Tempe itulah
kain tenun Bugis yang sangat bagus itu dibuat.Bahan sandang pada masa lampau,
tidak pernah bisa lepas dari fungsi sebagai pelengkap kebutuhan budaya. Ini
pula yang terjadi pada kain sarung Bugis. Selain menjadi pakaian sehari-hari,
kain sarung Bugis, digunakan untuk kelengkapan upacara yang bersifat sakral,
juga sebagai hadiah untuk mempelai perempuan dari mempelai laki-laki. Corak
kain sarung Bugis ada beberapa macam, di antaranya adalah corak kotak-kotak
kecil yang disebut balo renni. Sementara itu, corak kotak-kotak besar seperti
kain tartan Skotlandia, diberi nama balo lobang. Selain corak kotak-kotak,
terdapat pula corak zig-zag yang diberi nama corak bombang. Corak ini
menggambarkan gelombang lautan. Pola zig-zag ini dapat diterapkan di seluruh
permukaan sarung atau di bagian kepala sarung saja, adapun bagian kepala sarung
justru terletak di area tengah sarung, dan sering juga corak bombang ini
digabungkan dengan corak kotak-kotak. Selain corak-corak tersebut, ada pula
pola kembang besar yang disebut sarung Samarinda. Meskipun Samarinda berada di
Kalimantan Timur, rupanya, kebudayaan menenun sarung di Samarinda, dibawa oleh
masyarakat Bugis yang mencari suaka ke Kerajaan Kutai Kartanegara akibat
perjanjian Bungaja antara Kerajaan Gowa dan Belanda sekitar abad ke-16. Dan
orang Bugis pendatang itulah yang mengembangkan corak asli tenun Bugis, menjadi
tenun Samarinda, yang kemudian malah memperkaya seni kain tradisional Bugis.
Selain itu, kami juga menyediakan :
- Jas Tutup ( Jas Tutu )
- Topi Bugis/ Songkok To Bone / Topi Recca/Peci Bugis
- Kain Sarung Khas Bugis /Makassar
- Baju Bodo ( Baju Tokko )
- Selop
- Perhiasan wanita Bugis-Makassar
- Baju Belah dada
- Ikat Kepala Bugis
- Jam Rante / Rante Jas Tutup ( Jas Tutu' ) Pria Bugis-Makassar
- Paket Rias & Busana / Pakaian Pengantin Bugis-Makassar
Alamat :
Pejaten Barat Pasar Minggu Jakarta Selatan DKI JAKARTA 12510, INDONESIA PATOKAN : Sekolah SMP - SMA Islam Al Azhar Pejaten ( ALPEN )
Tlp. 021-93786634 HP. & Whatsapp 085211711318 PIN BB : 2B1F36E6
Klik Lokasi ( Google Map )
disini : " SANGGAR NUSANTARA dot com " / Busana Betawi dot com
LIPA SABBE
Kain tradisional Bugis yang berupa sarung ini memiliki corak garis-garis
yang cantik, dan terbuat dari sutra yang diproduksi oleh masyarakat
bugis sendiri. Masyarakat Bugis dari desa Tajuncu di Sulawesi Selatan
sudah menggunakan cara modern dalam pengembangbiakan ulat sutra, untuk
memenuhi kebutuhan benang para penenun di desa Sempange, Sengkang yang
merupakan pusat pembuatan kain tenun di Sulawesi Selatan.
Menurut legenda, masyarakat Bugis percaya bahwa keterampilan menenun
nenek moyang masyarakat Bugis diilhami oleh sehelai sarung yang
ditinggalkan oleh para dewa di pinggir danau Tempe. Dan di desa-desa
yang terletak di pinggiran danau Tempe itulah kain tenun Bugis yang
sangat bagus itu dibuat.Bahan sandang pada masa lampau, tidak pernah
bisa lepas dari fungsi sebagai pelengkap kebutuhan budaya. Ini pula yang
terjadi pada kain sarung Bugis. Selain menjadi pakaian sehari-hari,
kain sarung Bugis, digunakan untuk kelengkapan upacara yang bersifat
sakral, juga sebagai hadiah untuk mempelai perempuan dari mempelai
laki-laki.
Corak kain sarung Bugis ada beberapa macam, di antaranya adalah corak
kotak-kotak kecil yang disebut balo renni. Sementara itu, corak
kotak-kotak besar seperti kain tartan Skotlandia, diberi nama balo
lobang. Selain corak kotak-kotak, terdapat pula corak zig-zag yang
diberi nama corak bombang. Corak ini menggambarkan gelombang lautan.
Pola zig-zag ini dapat diterapkan di seluruh permukaan sarung atau di
bagian kepala sarung saja, adapun bagian kepala sarung justru terletak
di area tengah sarung, dan sering juga corak bombang ini digabungkan
dengan corak kotak-kotak.
Selain corak-corak tersebut, ada pula pola kembang besar yang disebut
sarung Samarinda. Meskipun Samarinda berada di Kalimantan Timur,
rupanya, kebudayaan menenun sarung di Samarinda, dibawa oleh masyarakat
Bugis yang mencari suaka ke Kerajaan Kutai Kartanegara akibat perjanjian
Bungaja antara Kerajaan Gowa dan Belanda sekitar abad ke-16. Dan orang
Bugis pendatang itulah yang mengembangkan corak asli tenun Bugis,
menjadi tenun Samarinda, yang kemudian malah memperkaya seni kain
tradisional Bugis.
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
LIPA SABBE
Kain tradisional Bugis yang berupa sarung ini memiliki corak garis-garis
yang cantik, dan terbuat dari sutra yang diproduksi oleh masyarakat
bugis sendiri. Masyarakat Bugis dari desa Tajuncu di Sulawesi Selatan
sudah menggunakan cara modern dalam pengembangbiakan ulat sutra, untuk
memenuhi kebutuhan benang para penenun di desa Sempange, Sengkang yang
merupakan pusat pembuatan kain tenun di Sulawesi Selatan.
Menurut legenda, masyarakat Bugis percaya bahwa keterampilan menenun
nenek moyang masyarakat Bugis diilhami oleh sehelai sarung yang
ditinggalkan oleh para dewa di pinggir danau Tempe. Dan di desa-desa
yang terletak di pinggiran danau Tempe itulah kain tenun Bugis yang
sangat bagus itu dibuat.Bahan sandang pada masa lampau, tidak pernah
bisa lepas dari fungsi sebagai pelengkap kebutuhan budaya. Ini pula yang
terjadi pada kain sarung Bugis. Selain menjadi pakaian sehari-hari,
kain sarung Bugis, digunakan untuk kelengkapan upacara yang bersifat
sakral, juga sebagai hadiah untuk mempelai perempuan dari mempelai
laki-laki.
Corak kain sarung Bugis ada beberapa macam, di antaranya adalah corak
kotak-kotak kecil yang disebut balo renni. Sementara itu, corak
kotak-kotak besar seperti kain tartan Skotlandia, diberi nama balo
lobang. Selain corak kotak-kotak, terdapat pula corak zig-zag yang
diberi nama corak bombang. Corak ini menggambarkan gelombang lautan.
Pola zig-zag ini dapat diterapkan di seluruh permukaan sarung atau di
bagian kepala sarung saja, adapun bagian kepala sarung justru terletak
di area tengah sarung, dan sering juga corak bombang ini digabungkan
dengan corak kotak-kotak.
Selain corak-corak tersebut, ada pula pola kembang besar yang disebut
sarung Samarinda. Meskipun Samarinda berada di Kalimantan Timur,
rupanya, kebudayaan menenun sarung di Samarinda, dibawa oleh masyarakat
Bugis yang mencari suaka ke Kerajaan Kutai Kartanegara akibat perjanjian
Bungaja antara Kerajaan Gowa dan Belanda sekitar abad ke-16. Dan orang
Bugis pendatang itulah yang mengembangkan corak asli tenun Bugis,
menjadi tenun Samarinda, yang kemudian malah memperkaya seni kain
tradisional Bugis.
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
Copy and WIN : http://ow.ly/KNICZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar